Ngeliwet, Cara Tradisional Mempersatukan Anak Bangsa

Ngeliwet biasanya disajikan diatas daun pisang berukuran besar

Ada sebuah tradisi yang masih dipegang erat oleh masyarakat Indonesia terutama Sunda yang bernama tradisi Ngeliwet. Berasal dari kata Liwet yang sangat erat kaitannya dengan makanan. Konon tradisi Ngeliwet adalah tradisi yang diperkenalkan oleh para santri yang ada di pesantren kepada masyarakat lokal untuk menunjukan kebersamaan dan persatuan serta kesatuan sebagai sebuah kelompok.
Ngeliwet sebenarnya termasuk makanan berat. Karena terdiri dari Nasi, daun lalap- lalapan, ikan teri, sambal, lalu tahu tempe. Jika dinilai dari apa yang dimakan, tentu saja tidak ada yang spesial dari makanan- makanan itu. Yang membedakan dari makanan- makanan lain adalah pada proses menyantap.

gambar oleh Youtube

Ngeliwet biasanya disajikan diatas daun pisang yang besar. Jadi diatas daun pisang tersebut nasi dan lauk- lauknya disajikan. Tanpa piring dan tanpa sendok atau alat makan lainnya. Ngeliwet biasanya menggunakan tangan langsung untuk menyendokan nasi kedalam mulut. Dan biasanya, Ngeliwet dilakukan setelah mengadakan sebuah acara tertentu seperti pengajian atau kerja bakti.
Pada saat kerja bakti atau gotong royong, persatuan dan kebersaman sangat kental terasa dalam masyarakat. Karena masyarakat bertemu secara tatap muka untuk melakukan sesuatu secara sukarela dan untuk kepentingan bersama. Tidak jarang canda tawa juga menghiasi berjalannya kerja bakti ini. Dan kebersamaan serta kekeluargaan yang terbangun pada kerja bakti akan semakin bertambah kuat karena diadakannya ngeliwet.
Ketika nasi sudah disajikan diatas daun pisang, lauk- lauk sudah menghiasinya, biasanya warga yang sudah menahan lapar karena kerja bakti berjongkok berjejer memanjang untuk makan bersama. Jarang ada yang duduk dan tidak ada yang memakai alat makan. Walaupun terlihat menjijikan karena semua orang makan dengan tangan kosong dan tidak jarang kita makan nasi yang sudah dipegang orang lain, namun tradisi ini terbukti ampuh dalam menyatukan persaudaraan dan merekatkan kekeluargan yang sudah ada. tapi masih adakah tradisi Ngeliwet saat ini?

Inilah Alasan Banyak Rumah Panggung Di Negeri Cincin Api

Konstruksi yang terbuat dari kayu menjadikan rumah panggung cukup fleksibel dalam menerima sebuah guncangan akibat gempa bumi

Menjadi salah satu negara yang memiliki banyak gunung merapi menjadikan Indonesia memiliki tanah yang subur untuk pertanian. Selain memiliki banyak gunung merapi, ternyata Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi Cincin Api atau dikenal juga dengan sebutan Ring Of Fire. Sehingga selain berdampak kepada suburnya tanah juga menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan yang sering mengalami bencana gempa bumi.
Pada dasarnya ada dua jenis gempa bumi. Yaitu gempa tektonik dan vulkanik. Gempa tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan adanya pergeseran lempengan bumi sedangkan gempa vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan aktifnya gunung merapi. Dan banyaknya kemungkinan terjadinya berbagai bencana karena gempa ini terus ada di setiap waktunya. Namun ternyata untuk menyikapi terjadinya kerusakan pada rumah karena gempa bumi sudah dapat dipecahkan oleh nenek moyang Nusantara. Yaitu dengan rumah panggung.
Rumah panggung adalah sebuah rumah yang dibuat seperti panggung. Sehingga bagian bawah rumah tidak menyentuh tanah seperti pada kebanyakan rumah yang ada pada saat ini. Kebanyakan rumah panggung dibuat didaerah yang basah atau dekat dengan hutan. Sehingga ketika air meninggi rumah tidak akan kemasukan air. Dan selain itu rumah panggung juga menjadikan orang yang menghuninya aman dari gangguan binatang liar yang ada di hutan. Oleh karena itu kebanyakan rumah panggung bisa ditemui di daerah pedalaman.

rumah panggung suku sunda oleh wikipedia

Dalam konstruksi, rumah panggung terbuat dari kayu. Namun di era modern ini banyak juga rumah panggung yang sudah mencampurkan bahan bangunan lain seperti semen sebagai campuran dari kayu. Dan karena terbuat dari kayu inilah ketika terjadinya gempa bumi tidak ada rumah yang rusak.
Konstrksi yang terbuat dari kayu menjadikan rumah panggung cukup fleksibel dalam menerima sebuah guncangan akibat gempa. Berbeda dengan rumah permanen yang banyak dibangun saat ini, karena rumah menyatu dengan tanah dan direkatkan dengan semen, menjadikan rumah tidak fleksibel dalam menerima guncangan akibat gempa. Coran rumah yang merekatkan tanah tidak kuat menahan gerakan tanah dan menjadikan coran pondasi rumah retak yang beimbas langsung kepada bangunan rumah diatasnya.
Di Kalimantan, rumah panggung masih banyak dijumpai. Baik di kota ataupun di pelosok- pelosok. Walaupun di Kalimantan tidak pernah terjadi gempa, karena tidak adanya gunung merapi, tapi rumah panggung sudah membudaya di kalangan masyarakat Kalimantan. Rumah- rumah panggung tersebut banyak dijumpai di tepi- tepi sungai besar atau kecil dan juga di perkampungan Dayak. Sedangkan untuk pondasi, masyarakat disana masih menggunakan kayu Belian yang merupakan kayu yang sangat kuat walaupun sudah dimakan usia dan terendam air sangat lama.

Mengungkap Misteri Pantai Selatan

Masyarakat Jawa yang mengenal Nyi Roro Kidul sebagai penguasa pantai selatan

Salah satu keyakinan yang masih dipegang erat oleh masyarakat Indonesia dan tidak hilang ditempa arus moderenisasi adalah tentang Pantai Selatan. Pantai- pantai yang ada di selatan pulau Jawa selalu memiliki tempat di setiap hati orang Jawa karena suatu kepercayaan. Bahwa disepanjang pantai selatan pulau jawa terdapat penguasa dari bangsa selain manusia yang bertugas menjaga pantai tersebut yang selalu menelan korban jiwa disetiap waktunya.
            Tidak dapat dipungkiri bahwa pantai- pantai yang ada di selatan pulau Jawa adalah pantai- pantai yang memiliki pemandangan yang indah-indah. Terjajar dari sebelah selatan di Jawa Timur sampai dengan selatan Jawa Barat. Misalnya pantai Papuma di kabupaten Jember, pantai Baju Mati dan Goa Cina di Malang Selatan, pantai Sendang Biru, Karang Bolong, sampai ke Pelabuhan Ratu.
            Keperacayaan yang melekat pada masyarakat Jawa adalah kepercayaan tentang adanya Nyi Roro Kidul sebagai penguasa pantai selatan. Banyak versi yang beredar tentang asal- usul dari Nyi Roro Kidul ini. Namun hampir semuanya menyatakan hal yang sama bahwa putri kerajaan terkena penyakit kulit, menyeburkan diri ke laut selatan, menjadi penguasa laut selatan, dan mencari korban untuk tujuan membalas dendam. Kepercayaan inipun diperkuat karena banyaknya korban  tewas saat berenang di pantai selatan, khususnya di Pelabuhan Ratu.


Gambar Ilustrasi Pantai Selatan Oleh Wikipedia

            Berbagai upaya ilmiahpun di utarakan untuk dapat memecahkan hal mistis yang selalu menelan korban tersebut. Seperti misalnya teori yang mengatakan bahwa dikarenakan pantai selatan adalah pantai yang langsung berhadapan dengan laut lepas, maka bukan sebuah keanehan jika ombak dan arus balik dari laut terlalu besar dan kuat bagi orang yang berenang di pantai.
            Jika dilihat, banyaknya jatuh korban adalah pada saat korban berada di daerah yang landai berpasir daripada ketika berada di bagian pantai yang terjal berbatu. Hal ini dapat dipahami bahwa pada dasarnya lebih banyak orang yang akan berenang di pantai yang landai berpasir dibandingkan dengan bagian pantai yang terjal berbatu. Dan berlandaskan hal inilah, berdasarkan ilmu kebumian atau geologi, dapat disimpulkan bahwa orang yang berenang di bagian pantai yang landai berpasir akan tergulung ombang dan terseret arus yang kuat dari samudera Hindia. Karena pada bagian pantai yang terjal dan berbatu tidak akan menjadi pilihan bagi orang untuk berenang sehingga mereka hanya akan menikmati pemandangan alamnya saja. Pantai yang langsung berhadapan dengan lautan lepas di samudra hindia menjadikan ombak pada pantai selatan Jawa memiliki karakter energi kuat dan besar.

Kisah Mayat Berjalan di Toraja

Bukan sebuah rahasia lagi bahwa bangsa Nusantara adalah sebuah bangsa yang kuat dan memiliki kemampuan yang tidak tertandingi dalam hal apapun. Kemampuan- kemampuan ini diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun kepada generasi muda mereka agar tidak hilang dan terlupakan. Banyak dari kemampuan- kemampuan yang diwariskan tersebut adalah sebuah kemampuan yang memiliki daya magis dan mistis yang sampai sekarang belum mampu dipecahkan secara ilmiah. Dan salah satu warisan budaya itu adalah Ma’nene yang terdapat di Tanah Toraja.
Dalam bahasa Bugis, Toraja diartikan sebagai orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan. Namun, masyarakat Toraja sendiri lebih menyukai dirinya disebut sebagai orang Maraya atau orang keturunan bangsawan yang bernama Sawerigading.

Gambar Makam Batu oleh Wikipedia


Terdapat sebuah legenda yang terus melekat dalam diri setiap orang Toraja. Dimana kisah ini adalah sebuah kisah yang dipercaya telah berlangsung selama beratus- ratuh tahun dahulu. Dulu, orang Toraja untuk mencapai suatu tempat, harus berjalan melewati hutan yang bergunung- gunung dan memiliki banyak ceruk hanya dengan berjalan kaki. Tidak jarang di perjalanan yang sangat jauh itu banyak orang Toraja yang jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia didalam hutan.
Dan karena masyarakat Toraja sangat mengsakralkan kematian dan menghormati orang yang sakti, jasad- jasad tersebut dibangkitkan melalui suatu ilmu yang sudah diwariskan secara turun temurun. Jasad yang sudah dibangkitkan tersebut kemudian berjalan sendiri menuju kubur atau pulang kerumahnya. Dan tradisi menghidupkan mayat ini sudah menjadi tradisi tersendiri bagi masyarakat Toraja.
Ma’nene dikenal juga sebagai tradisi mengawetkan jasad orang yang sudah meninggal. Dan proses pengawetan yang ini tidak menggunakan bahan kimiawi seperti formalin dan sebagainya. Tapi menggunakan bahan- bahan yang alami.
Menurut banyak referensi, bahan- bahan yang digunakan dalam pengawetan mayat ini adalah dengan menggunakan sebuah ramuan khusus. Lalu ramuan tersebut ditambah dengan daun vinus, minyak tanah, batang tille (biasanya berbentuk seperti batang tebu namun ukurannya lebih kecil dan tidak dimakan), daun teh dan garam. Ramuan tersebut dicampur dan dihaluskan untuk kemudian dimasukkan kedalam mulut jenazah dan sisanya dioleskan keseluruh kulit jenazah. Sisanya biarkan alam yang bekerja.
Tradisi Ma’nene ini adalah sebuah warisan yang didapat dari kepercayaan masyarakat Toraja yang bernama kepercayaan Aluk Todolo atau kepercayan terhadap nenek moyang dan alam. Kepercayaan ini lebih dahulu di anut oleh masyarakat Toraja sebelum masuknya Kristen pada tahun 1913.
Tradisi Ma’nene awalnya adalah tentang seorang pemburu yang bernama Pong Rumasek.  Saat itu, ratusan tahun lampau, Pong berburu hingga masuk kedalam hutan dipegunungan Balla. Dan didalam perjalanan Pong menemukan jasad seseorang yang sudah meninggal dunia. Jasad iu tergeletak di tengah hutan lebat dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tubuhnya hanya tinggal tulang belulang.
Melihat jasad tersebut, hati Pong tergugah ingin membantunya dan merawatnya. Lalu dibungkuslah jasad tersebut dengan pakaian yang dipakainya. Dan setelah dirasa jasad tersebut aman, Pong kemudian melanjutkan perjalannya untuk berburu.

Kisah Pemburu Paus Lamalera

Hidup didaerah yang terjal, didera ombak cukup ganas dari laut selatan serta kemampuan berburu ikan paus yang sudah diwariskan turun temurun seakan sudah menjadi sebuah bagian dari kepribadian tersendiri bagi penduduk kampung

Nusantara adalah sebuah negeri yang sangat kaya akan sumber daya alam dan juga sumber daya manusia. Kekayaan alam yang melimpah selalu dapat dikelola oleh manusia- manusia Nusantara yang mengerti akan prinsip keseimbangan alam. Dan prinsip menjaga keseimbangan alam inilah yang kemudian menjadi sebuah tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para nenek moyang. Dan salah satu tradisi yang masih dijaga kuat oleh masyarakat Nusantara salah satunya adalah tradisi berburu ikan paus di Lamalera, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara timur.
Hidup dan besar di daerah pesisir pantai yang menghadap ke laut Sawu, masyarakat Lamalera meyakini bahwa dahulu nenek moyang mereka dibawa oleh seekor ikan paus sehingga akhirnya terdampar di Lamalera. Sehingga hampir setiap orang yang ada di kampung selalu memperhatikan keadaan di laut untuk melihat tanda- tanda dari kehadiran kelompok ikan paus yang lewat. Dan ketika terlihat adanya sebuah penampakan, sontak kaum pria berlarian menuju bibir pantai untuk selanjutnya berlayar mengejar kelompok itu.
Terletak di pantai selatan pulau Lembata, kampung Lamalera dibangun diatas batu- batu cadas dan karang dan berada di kaki- kaki bukit atau gunung. Gunung- gunung yang ada di kampung ini pun dominan adalah gunung- gunung yang berpenampakan gersang. Secara topografi, selain daerah yang berbatu- batu, berkarang, dan gersang, kampung Lamalera memiliki sebuah kemiringan yang cukup terjal sehingga mampu menantang para penduduk kampung.
Hidup didaerah yang terjal, didera ombak cukup ganas dari laut selatan serta kemampuan berburu ikan paus yang sudah diwariskan turun temurun seakan sudah menjadi sebuah bagian dari kepribadian tersendiri bagi penduduk kampung. Walaupun dengan kemampuan berlayar yang handal dan mampu menangkap ikan yang lebih kecil, namun berburu ikan paus sudah menjadi jati diri bagi penduduk Lamalera.
Baleo, musim berburu biasanya dimulai pada bulan Mei sampai November. Karena pada bulan- bulan inilah banyak kelompok ikan paus yang melintasi laut Sawu. Sebelum memasuki bulan- bulan perburuan, penduduk Lamalera yang penduduknya mencapai 2000an orang ini terlebih dahulu mengadakan sebuah upacara adat.  Upacara yang dijadikan satu dengan Misa ini diadakan setiap tanggal 1 Mei disetiap tahunnya. Dan tujuan dari upacara adat ini adalah untuk meminta berkah serta perlindungan dari yang maha kuasa sekaligus sebagai momen untuk mengenang nenek moyang yang telah gugur di medan bahari saat berburu ikan paus atau biasa di kenal dengan nama Koteklama dalam bahasa Lamalera.
Koteklama adalah ikan paus dengan jenis Sperm Whale atau Physeter Macrocephalus. Dan mungkin ikan paus jenis ini merupakan kelompok migrasi untuk mencapai perairan yang lebih hangat. Dan laut Sewu adalah jalur migrasi bagi mereka.
 Saat sekelompok ikan paus terlihat melintasi laut Sawu, Peledang- peledang atau perahu kayu yang tertambat ditarik kelaut untuk mengejar kelompok paus tersebut. Setiap Peledang biasanya terdiri dari 7 orang yang masing- masing memiliki tugas tersendiri dalam perburuan ini. Dan bukanlah pria- pria biasa yang akan berburu ikan paus, melainkan mereka yang sudah dianggap mampu hidup dilaut berhari- hari bahkan berminggu- minggu sehingga mereka memiliki mental yang kuat sekuat karang dan batu cadas.
Menerjang ombak ganas laut Sawu, perlahan namun pasti, Peledang- peledang mendekati kelompok ikan paus itu. Peledang dibuat tanpa memiliki penutup, sehingga setiap orang yang ada di atasnya dapat melihat dengan leluasa jika ada paus yang naik ke permukaan.
Harpun atau alat tikam digenggang dengan genggaman yang erat dan kuat saat menungu paus naik oleh masing- masing awak Peledang. Seorang juru tikam, biasa disebut Lamafa, berdiri di ujung kapal dengan tempuling di genggangan tangannya. Tempuling adalah sebuah mata tombak yang diikatkan dengan tali panjang dan bambu sepanjang 4 meter sebagai batang tombaknya.
Dan ketika seekor paus naik kepermukaan, Peledang didekatkan hingga cukup dekat dan Lamafa adalah orang yang pertama kali melompat kearah Koteklama. Dengan sekuat tenaga Lamafa mengarahkan tempuling kejantung Paus hingga paus dapat dipastikan tewas seketika. Tapi karena paus adalah mamalia laut yang besar dan kuat setidaknya dibutuhkan 4 tikaman unuk membunuh seekor paus. Dan tikaman pertama yang dilakukan Lamafa adalah tikaman yang sangat berbahaya.
 Pada tikaman pertama, paus biasanya akan terkejut dan meronta kesakitan. Tidak jarang karena tikaman pertama ini paus akan menarik Peledang masuk kedalam laut atau menghancurkan Peledang dengan kepala atau ekornya. Dan saat itulah tikaman kedua dan seterusnya diluncurkan. Untuk merobek kulit paus yang meronta agar darah semakin banyak keluar dan paus melemas kehabisan darah. Setelah paus di pastikan mati, paus tersebut kemudian dibawa ke bibir pantai Lamalera untuk di potong- potong.
Ikan paus yang besar menjadikan hampir semua penduduk kampung mendapatkan bagian. Pembagian dilakukan secara teratur karena ada hukum adat yang mengatur masalah ini. Dan walaupun tidak ikut berburu, hasil bahari ini dapat dibarterkan dengan ikan lain atau hasil bumi. Karena selain berburu ikan paus, penduduk Lamalera juga memburu ikan- ikan lainnya dilaut seperti ikan lumba- lumba, pari, bahkan hiu 

Video di Upload oleh Tata Tsaqif di Youtube


Perburuan ikan paus tidak hanya terjadi pada bulan Mei sampai November. Tapi kadang kala juga diadakan pada bulan Desember sampai dengan April yang menjadikan setahun penuh waktu untuk berburu ikan paus. Tidak heran jika warisan nenek moyang ini terus ada di darah generasi muda Lamalera. Dan banyak anak- anak muda disana yang jika ditanyakan cita- cita, mereka menjawab ingin menjadi Lamafa dengan tujuan mempertahankan warisan budaya nenek moyang ini.
Masyarakat Lamalera adalah sekelompok kecil penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya di laut Indonesia. Walaupun banyak kecaman dari dunia tentang tradisi berburu paus ini, penduduk  Lamalera tetaplah mempertahankan tradisi nenek moyang mereka yang sudah ada sejak abad ke 16 itu. Karena bagi mereka laut adalah segalanya dan ajaran nenek moyang mereka ternyata adalah sebuah bukti yang mampu menyelesaikan permasalahan mereka sehingga mereka tidak mau meninggalkan tradisi ini dan mencari- cari solusi lain yang lebih cenderung menduga- duga dalam menyelesaikan permasalahan.
Tradisi adalah cara hidup yang sudah ada di suatu wilayah yang sudah diwariskan secara turun temurun. Sebuah cara hidup yang mengajarkan tentang keseimbangan hidup antara alam dan manusia. Sebuah pola hidup yang mengajarkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari alam, atau manusia adalah alam itu sendiri.

Itulah yang dipertahankan penduduk Lamalera sampai era modern ini. Dengan mempertahankan tradisi yang sudah mendarah daging ini menjadikan Lamalera adalah bagian dari mozaik- mozaik dari jati diri bangsa Indonesia yang memiliki masa lalu sebagai sosok pelaut dan pejuang yang tangguh di samudra dunia.

Situs Gunung Padang, Saksi Kejayaan Nusantara Lampau

Dengan ditemukannya terasiring ini secara otomatis mematahkan hipotesis hasil penelitian erdahulu yang menyatakan bahwa Situs Gunung Padang seluas 900 M2

Pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Arsyio Santos, Ph.D, seorang peneliti yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Atlantis yang hilang dimasa lalu mendapatkan sedikit titik terang pembuktian. Hal ini karena ditemukannya situs Megalitikum Gunung Padang. Sebuah situs yang dipercaya adalah sebuah bangunan mirip piramida yang sangat besar.
Situs yang berada di kecamatan Campaka ini berjarak 20 km dari persimpangan Warung Kondang, kabupaten Cianjur- Jawa Barat, memiliki luas sekitar 900 m2, ketinggian 885 meter dari permukaan laut dan luas sekitar 3 Ha menjadikan situs ini situs punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Berbagai macam penelitian pun dilakukan untuk meneliti seperti apa sebenarnya bangunan situs ini. Termasuk juga meneliti usia serta teknologi yang digunakan sehingga dapat membuat bangunan seperti itu. Hasil yang didapat dari penelitian ini diteliti oleh banyak peneliti yang tegabung didalam sebuah tim yang difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Hasil penelitian ini kemudian diujikan oleh Badan Tenaga Nuklir (BATAN) Indonesia dan Beta Miami di Floria, Amerika Serikat. Dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti tersebut memiliki hasil yang tidak jauh berbeda. Hasil penelitian- penelitian ini kemudian dipresentasikan ditingkat Nasional dan Internasional dan mendapat apresiasi dari Prof. Dr. Oppenheimer.

Gambar oleh Youtube

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh BATAN dan Beta Miami, memiliki kesimpulan bahwa situs Gunung Padang adalah sebuah situs yang lebih tua dari pada situs piramida yang ada di Giza, Mesir. Beberapa hasil penemuan tersebut adalah:
1.                    1. Hasil analisis Batan menyatakan bahwa umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau bisa lebih tua lagi,
2.     Hasil analisis BATAN juga menyatakan bahwa umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau bisa lebih tua lagi,
3.     Sedangkan analisis lab. BETA di Miami, menyatakan bahwa umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/ atau bisa lebih tua lagi.

Namun hasil menarik kemudian ditemukan ketika para peneliti membuka semak- semak yang ada di sekitar situs untuk penelitian lebih lanjut. Dan dari pembukaan tersebut ditemukan 20 terasiring punden berundak yang masih bagian dari situs utama. Dengan ditemukannya terasiring ini secara otomatis mematahkan hipotesis hasil penelitian erdahulu yang menyatakan bahwa Situs Gunung Padang seluas 900 M2. Dan setelah dilakukan pembukaan sampai tuntas, ternyata situs ini mencapai luas 25 Ha. Namun penemuan ini bukanlah final dari penelitian, karena sampai saat ini masih banyak penelitian yang dilakukan secara berkala.
Situs gunung padang yang menghadap ke gunung Gede ini dipercaya merupakan situs yang digunakan oleh masyarakat Sunda untuk pemujaan kepada nenek moyang. Menurut legenda, situs ini dahulu digunakan sebagai tempat kabuyutan, atau tempat pertemuan tahunan para ketua adat. Dan sampai sekarangpun situs ini masih digunakan oleh masyarakat asli Sunda untuk melakukan pemujaan dalam waktu- waktu tertentu.
Dari banyaknya penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Situs Gunung Padang ini bukanlah sebuah gunung seperti pada umumnya. Namun merupakan sebuah bangunan yang dibuat secara bertingkat, dimana setiap tingkat dibuat dalam masa yang berbeda dengan tingkat sebelumnya, oleh tangan manusia. Jika dilihat dari atas, situs ini menyerupai bentuk segitiga sama sisi yang hampir sama bentuknya dengan piramida- piramida yang ada di Mesir.

Mengenal Sabda Palon

Dalam Serat Kalamwadi, Sabda Palon adalah makhluk halus yang usianya 8300 tahun yang selama ini mengasuh raja-raja Jawa dan belum pernah raja Jawa berpindah agama

Sabda Palon Naya Genggong adalah tokoh simbolis dan tokoh legendaris tanah Jawa. Sabda Palon bermakna ‘orang yang memegang teguh perkataannya’ sedangkan Naya Genggong adalah ‘orang yang tidak mudah terpengaruh’ atau ‘orang yang kuat pendiriannya’. Namun terdapat banyak perbedaan dalam memaknai arti dari Sabda Palon Naya Genggong ini. Sebagian orang menyatakan bahwa Sabda Palon adalah Ajaran Alam Semesta, (Sabda adalah ajaran/ perkataan/ firman, sedangkan Palon adalah alam semesta/ Tuhan sebagai pemilik alam semesta), dan Naya Genggong dimaknai sebagai sebuah tradisi yang tidak akan berubah/ tetap (melihat dari makna Naya Genggong diatas yang bermakana tidak mudah terpengaruh dan kuat pendiriannya).
Sabda Palon adalah sosok yang menjadi penasihat raja Brawijaya V. Namun karena perbedaan paham yang kemudian terjadi, Sabda Palon akhirnya meninggalkan Brawijaya. Karena tidak lengkapnya dokumen yang ada, maka berbagai macam versipun bermunculan tentang dua sosok ini. Sama seperti versi tentang makna Sabda Palon itu sendiri.
Dalam Serat Kalamwadi, Sabda Palon adalah makhluk halus yang usianya 8300 tahun yang selama ini mengasuh raja-raja Jawa dan belum pernah raja Jawa berpindah agama. Namun dalam Serat Darmagandhul, Sabda Palon adalah makhluk halus penguasa tanah Jawa yang usianya 2300 tahun dan dikatakan bahwa Sabda Palon adalah Semar. Didalam Serat Manikmaya, pelukisan tentang Semar yaitu telur dicipta menjadi tiga bagian yaitu menjadi bumi dan langit, teja dan cahaya dan menjadi Manikmaya. Manikmaya inilah yang kemudian menjadi Manik (Bathara Guru) dan Maya (Semar).
Jika memang Sabda Palon itu adalah seorang manusia yang menjadi penasihat Brawijaya, tidak mungkin ada manusia yang berusia mencapi 8300 tahun. Bahkan mencapai usia 2300 tahun saja tidak ada. Karena memang pada hakikatnya, tidak ada manusia yang bisa hidup mencapai ribuan tahun seperti itu. Tapi jika Sabda Palon diartikan sebagai sebuah ajaran, itu akan menjadi sebuah kemungkinan yang besar. Seperti yang yang ditulis alam Serat Kalamwadi, bahwa Sabda Palon sudah berusia 8300 tahun. Bukan sebuah kemustahilan terdapat ajaran yang usianya 8000 tahun. Dan ternyata ini diyakini oleh masyarakat Nusantara kala itu bahwa memang ajaran inilah yang selama ribuan tahun telah menjaga raja- raja di Jawa sehingga raja- raja tersebut tidak pernah pindah ke ajaran lainnya. Karena agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya ‘Tidak Kacau’ (a=tidak, gama=Kacau), berarti dalam terjemahan bebasnya, agama adalah sebuah ajaran tentang sistem hidup dan kehidupan yang mengatur kehidupan seseorang atau kelompok masyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas, maka semua menjadi masuk akal ketika Sabda Palon yang merupakan sebuah ajaran atau pedoman bangsa Nusantara hidup sampai beribu- ribu tahun. Karena ajaran tersebut terus diwariskan kepada generasi muda Nusantara pada saat itu. Dan kemudian akan masuk akal ketika banyak yang berpendapat bahwa Sabda Palon kembali terlihat pada abad- abad berikutnya. Terlihat dalam artian ajarannya kembali berkembang.
Ramalan Sabda Palon dikeluarkan pada saat Brawijaya, menerima kedatangan Sunan Kalijaga yang merupakan salah seorang pemuka agama Islam yang menawarkan Brawijaya agar memeluk Islam. Pada waktu itu Sunan Kalijaga juga meminta Brawijaya memerintah kembali Majapahit, dan karena Brawijaya sudah memeluk Islam, maka perlakuan kesultanan Demak pun tidak akan semena- mena lagi kepadanya. Brawijaya pun bersedia memeluk Islam dengan bersyahadat.
Setelah memeluk Islam, Brawijaya menawarkan Sabda Palon untuk memeluk Islam juga seperti dirinya. Namun diluar sangkaan, Sabda Palon menolak dan tetap teguh kepada pendiriannya untuk setia pada ajaran Budha (Budi= Moral) yang telah di anutnya selama turun temurun. Brawijaya yang tidak goyah dalam menawarkan Sabda Palon untuk memeluk Islam, terus saja tidak diindahkan oleh Sabda Palon yang lalu menghina tuannya karena sudah kehilangan kepribadian.
Karena permasalahan inilah yang kemudian menjadikan Sabda Palon memisahkan diri dari Brawijaya. Namun sebelum berpisah, Sabda Palon meramalkan apa yang akan terjadi jika dia menghilang karena Brawijaya memutuskan berpindah ajaran. Ramalan tersebut adalah:
11.     Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dah Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah Jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
22.      Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Buda lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa.
33.      Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
44.      Lahar tersebut mengalir ke barat daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
55.      Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
66.      Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditangan-Nya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
77.      Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
88.      Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.

Alasan Syekh Siti Jenar Menentang 9 Wali

Syekh Siti Jenar tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan tanah Nusantara

Bisa dibilang bahwa Syekh Siti Jenar adalah seorang kontroversional di Nusantara, khususnya tanah Jawa. Karena Siti Jenar mengajarkan tentang pemahaman yang berbeda dengan ajaran Islam mainstream yang disebarkan oleh 9 Sunan kala itu. Walaupun Siti Jenar dengan 9 sunan sama- sama Islam, tapi ternyata Siti Jenar mengajarkan pemahaman tentang Islam yang jauh dari mainstream saat itu.
Salah satu hal yang membuat Siti Jenar terkenal adalah karena pernyataannya, Manunggaling Kawula Gusti yang bermakna Menjadi Satu Dengan Gusti atau Tuhan. Pernyataan inilah yang kemudian membuat Siti Jenar kehilangan nyawanya. Sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan pernyataan Siti Jenar itu sehingga membuat banyak ulama di tanah Jawa seperti ‘kebakaran jenggot’?
Dalam bahasa yang lain, Manunggaling Kawula Gusti adalah pengakuan Siti Jenar yang mengakui bahwa dia adalah Allah dan Allah ada dialam dirinya. Jadi ketika seseorang ingin dekat dengan Allah maka yang harus didekati adalah Siti Jenar. Inilah yang disalah artikan oleh mainstream saat itu walaupun dalam pernyataannya ini bukanlah berarti bahwa Siti Jenar adalah Tuhan.
Menurut Siti Jenar, pengetahuan datang berdasarkan kesadaran diri dari seorang subyek terhadap suatu objek. Sehingga pengetahuan akan kebenaran Tuhan akan datang kepada mereka yang menyadari dan mengenal dirinya sendiri.
Maksud dari pernyataan Siti Jenar ini adalah bahwa jika ingin mengenal Tuhan hal yang harus dilakukan adalah mengenal makhluk- makhluk- Nya terlebih dahulu. Karena sifa- sifat Tuhan semuanya ada di dalam diri setiap makhluk-Nya di alam semesta ini. Prinsip inilah yang dipegang oleh Siti Jenar dalam menjalankan hidupnya. Menurut Sii Jenar, langkah awal yang harus dilakukan jika ingin mengenal Tuhan adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu sebelum melihat alam semesta yang cakupannya lebih luas. Inilah yang tidak dipahami oleh Islam mainstream saat itu sehingga menyangkal segala yang diajarkan oleh Siti Jenar dan memberi stigma sesat kepadanya sampai kematiannya.
Dalam ajarannya, Siti Jenar mengajarkan bahwa ketika ingin bertemu Tuhan yang harus ditemui adalah dia sendiri. Karena tidak mungkin Tuhan turun ke bumi setiap kali ada manusia ingin bertemu dengan- Nya. Tapi Dia mengutus seorang manusia yang sudah dipenuhi oleh ruh suci untuk berbicara kepada manusia. Dimana setiap perkataan yang keluar dari mulut sang utusan itu adalah berdasarkan ruh atau ajaran dari Tuhan.
Namun berbagai macam opini pun kemudian muncul seiring berkembangnya zaman. Banyak opini yang mengatakan bahwa Siti Jenar adalah sebuah dongeng atau legenda semata yang tidak dapat dipastikan kebenarannya didalam sejarah bangsa Nusantara. Karena setelah mencari di banyak sumber tentang Siti Jenar, beberapa diantaranya meyakini bahwa Siti Jenar dibunuh oleh ulama Islam saat itu dengan 4 kali pembunuhan.
Terlepas dari itu semua, legenda atau nyata, Syekh Siti Jenar tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan tanah Nusantara. Hanya tinggal bagaimana generasi muda menyikapi tentang apa yang diwariskannya. Karena mencintai Nusantara berarti mencintai seluruh hal yang ada di Nusantara.

Kapal Jung, Bukti Keperkasaan Nusantara di Samudra

Kapal Jung adalah bukti dari jeniusnya masyarakat Nusantara

Selain terkenal sebagai negeri kepulauan, Nusantara ternyata juga terkenal akan kemampuan masyarakatnya dalam membuat kapal. Hal yang dapat membuktikan hal ini salah satunya adalah ditemukannya relief di situs candi Borobudur yang menggambarkan kapal laut yang memiliki banyak layar. Kapal ini kemudian dikenal dengan nama kapal Jung. Menurut prasasti Jawa kuno abad 9, Jung bermakna kapal.
Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, bukanlah sebuah kemustahilan bahwa masyarakat pesisir di Nusantara memiliki kemampuan dalam membuat kapal laut termasuk ilmu navigasi dalam pelayaran. Dan kapal yang dibuat oleh penduduk pribumi ini ternyata tidak hanya berlayar diwilayah Nusantara saja, namun merambah Madagaskar, Afrika, dan Tanjung Harapan.
Tujuan utama pelayaran dengan menggunakan Jung ini adalah untuk perdagangan. Masyarakat Nusantara membawa hasil bumi untuk diperdagangkan ke luar negeri. Inilah yang menjadikan banyak penduduk Madagaskar yang berasal dari keturunan Jawa. Karena ketika sedang bersandar di Madagaskar, banyak pelaut dari Nusantara yang menikah dengan penduduk sekitar. Tidak heran, karena perdagangan internasional ini pada kemudian hari diketahui bahwa bahan pengawet mayat Fir’aun berasal dari Barus, Sumatra.


Gambar Oleh Wikipedia
Diego De Couto, dalam bukunya, Da Asia yang terbit pada 1645 menuliskan: “Orang Jawa adalah orang yang sangat berpengalaman dalam seni navigasi, sampai mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa bahwa orang Cina lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa. Tetapi yang pasti adalah orang Jawa yang dahulu berlayar ke Tanjung Harapan dan mengadakan hubungan dengan Madagaskar. Dimana sekarang banyak dijumpai penduduk asli Madagaskar yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan orang Jawa”. Hal serupa juga dikatakan oleh Anthony Reid dalam bukunya Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, ketika Couto pada awal abad ke 16 datang ke Madagaskar, dia menemukan penduduk asli sana berkulit sawo matang. Dan ketika ditanya dari mana asal mereka, mereka menjawab dari keturunan Jawa.
Dalam hal konstruksi, terdapat perbedaan antara konstruksi kapal Jung Nusantara dengan kapal Jung dari Cina. Salah satu perbedaannya adalah pada konstruksi bagian lambung kapal. Lambung kapal Jung Nusantara dibuat dengan menyambungkan kayu pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, dan juga besi. Kapal Jung Nusantara juga dilengkapi dengan dua kemudi yang tampak seperti dayung dan juga dilengkapi dengan layar yang berbentuk persegi. Kapal Jung ini dikenal juga dengan kapal Borobudur.
Namun seiring berjalannya waktu, inovasi pun bermunculan karena para pembuat kapal di Jawa ternyata mampu membuat kapal yang lebih besar dari pada kapal Borobudur. Kapal Jawa ini dilengkapi dengan 4 sampai 5 layar besar sebagai teknologinya. Kapal ini digunakan oleh armada perang kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis. Pelaut Portugis menyebutnya juncos, pelaut Italia menyebutnya  zonchi.

Mengenal Sunda Wiwitan

Ajaran Sunda Wiwitan terkandung didalam kitab Sanghyang Siksakanda ng Karesian


Sunda Wiwitan adalah agama atau kepercayaan asli Nusantara yang memuja kekuatan alam dan arwah leluhur yang dianut masyarakat tradisional Sunda. Tetapi ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa agama Sunda Wiwitan juga memiliki unsur Monoteisme karena terdapat dewa tunggal tertinggi yang maha kuasa dan tidak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Agama adalah sebuah kata dalam bahasa Sansekerta dimana jika diartikan menjadi bahasa Indonesia, menjadi ‘Tidak Kacau’  (a= tidak, gama= kacau). Jadi agama dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia berarti ‘Sesuatu yang tidak membuat kacau’. Maka essensinya sebuah agama adalah sebuah aturan- aturan atau sistem hidup yang menjadi sebuah kepercayaan seseorang atau kelompok untuk hidup secara tersistem.
Dari terjemahan diatas, maka Sunda Wiwitan dapat diartikan menjadi sebuah sistem hidup dimana para pemeluknya hidup dengan cara memuja kekuatan alam dan arwah nenek moyang mereka. Masyarakat Sunda Wiwitan memiliki sebuah keyakinan dimana alam semesta memiliki kekuatan yang harus dihomati sebagaimana nenek moyang mereka dahulu mengajarkan kepada mereka. Memuja arwah leluhur nenek moyang bukanlah dalam arti mistis atau ritualitas tanpa makna, tapi memuja dalam arti mengingat, memahami dan mengaktualisasikan ajaran dan pola hidup nenek moyang mereka dan menjadikan ajaran ajaran tersebut sebagai pegangan atau pedoman dalam kehidupan mereka sehari- hari.
Selain ajaran tentang pola hidup dan bagaimana cara menjaga keseimbangan hidup dengan alam semesta, nenek moyang mereka juga mengajarkan tentang monoteisme. Yaitu kepercayaan kepada zat tunggal yang maha tinggi dan tidak berwujud yang menjadi pengatur segala yang ada di alam semesta yang mereka sebut Sanghyang Kersa. Zat ini mereka samakan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Masyarakat Sunda Wiwitan banyak ditemukan di beberapa desa di provinsi Banten dan Jawa Barat, seperti di Kanekes, Lebak, Banten; Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung Naga; Cirebon; dan Cigugur, Kuningan. Menurut penganutnya, Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang sudah sejak lama dianut sebelum hindu dan islam masuk Tanah Nusantara. Dan hal inilah yang menekankan bahwa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah ada sejak lama jauh sebelum dikenalnya istilah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan keyakinan inilah yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Sunda Wiwitan.
Mungkin itulah kenapa beberapa kelompok dari masyarakat dari Sunda Wiwitan dan semacamnya memilih tinggal didaerah yang jauh dari perkotaan atau dari keramaian. Mereka melakukan itu adalah untuk mempertahankan keyakinan mereka agar tidak bercampur dengan keyakinan- keyakinan masyarakat mainstream yang semakin beragam. Itulah kenapa banyak kelompok- kelompok kepercayaan tradisional lainnya memilih berada jauh dipedalaman dari pada di perkotaan.

Anak- anak Sunda
gambar ilustrasi: Wikipedia

Ajaran Sunda Wiwitan terkandung didalam kitab Sanghyang Siksakanda ng Karesian. Kitab yang disebut Kropak 630 oleh Perpustaklaan Nasional Indonesia ini adalah sebuah kitab yang berasal dari zaman kerajaan sunda yang berisi ajaran keagamaan dan tuntunan moral, aturan dan pelajaran budi pekerti. Kitab ini juga menguatkan bahwa agama yang dianut oleh Sunda Wiwitan bukanlah sebuah agama yang banyak dipahami masyarakat mainstream saat ini sebagai ‘sarana mencari pahala dengan ritualitas’. Tapi agama mereka adalah sebuah sistem yang berisi tentang aturan- aturan mengikat yang mengatur cara hidup dan berkehidupan serta peraturan yang mengatur tentang moral dan tingkah laku agar sesuai dengan ajaran Sanghyang Kersa.
Keyakinan ini meyakini bahwa kekuasaan tertinggi berada pada Sanghyang Kersa (yang Maha Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Menghendaki). Dia juga disbut sebagai Batara Tunggal (Tuhan Yang  Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Gaib). Dia bersemayam di Buana Nyungcung. Mereka juga meyakini bahwa semua dewa dalam konsep hindu seperti Brahma, Wishnu, Shiwa, Indra, Yama, dan yang lainnya, tunduk kepada Batara Seda Niskala ini.

Nusantara Atlantis Yang Hilang?

Nusantara Itu Atlantis Yang Dicari?

Nusantara adalah sebuah negeri yang menyimpan banyak kekayaan alam dan tambang. Kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa dari negeri lain. hal inilah yang menjadikan banyak para penjelajah luar tanah Nusantara berdatangan untuk mengekplorasi kekayaan alam yang dimiliki Nusantara. Berbagai macam cara untuk membebaskan mereka (penjelajah) pun dilakukan. Dimulai dari membentuk kerja sama dagang dengan penduduk asli Nusantara dengan membuat serikat dagang, dan ada juga yang melakukannya dengan cara penjajaha. Namun apakah mereka (para penjelajah) hanya mengambil kekayaan alam saja dari Nusantara? Ataukah ada hal lainnya yang mereka bawa pulang ke tanah asal mereka?
Kedatangan para penjajah Eropa (Portugis dan Belanda) pada abad ke-16 tidak hanya menjarah rempah-rempah dan kekayaan alam bumi Nusantara. Lebih dari itu, mereka juga menjarah hampir semua bukti ilmiah berupa naskah ataupun peninggalan bernilai sejarah yang pernah ada. Sehingga tatkala kita mencoba menelusuri, misal sejarah Jawa Barat yang identik dengan istilah Sunda, ibarat menelusuri terowongan gelap tanpa cahaya untuk menuju suatu -titik terang- yang masih jauh terlihat. Namun,  hal itu bukan alasan untuk bisa terus menumbuhkan kepedulian terhadap kekayaan nilai-nilai luhur bangsa sebagai pusaka budaya Nusantara. Sebab baru-baru ini telah ada upaya ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti sejarah dan arkeologi tentang ras Austronesia sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah menetap di kepulauan Nusantara ini sejak sekitar 5000 tahun lalu.

gambar ilustrasi peta nusantara: Wikipedia


Hal tersebut didukung oleh pendapat Prof. Arysio Santos, Ph.D yang mengemukakan teori bahwa Sunda Land (Tanah Sunda) adalah tempat pusat peradaban yang maju ribuan tahun silam yang dikenal dengan benua Atlantis (taman Eden) yang hilang. Ia mengungkap fakta dengan argumen dari beberapa sudut pandang ilmiah seperti Geologi, Linguistik, dan Antropologi yang bertemu pada satu titik kesimpulan bahwa Atlantis adalah tempat pertama kali manusia menemukan penemuan besar berupa ilmu pengetahuan. Budaya bercocok tanam, bahasa, metalurgi, astronomi, seni, serta peradaban-peradaban sesudahnya seperti Yunani, Mesir, Aztec, Inca, dan bangsa besar lainnya sesungguhnya berasal dari bangsa Indonesia. Penelitan tersebut berhasil mengonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi (mitos), mengawinkan sains (ilmu pengetahuan) dan agama, yang pasti akan mengubah cara pandang kita terhadap sejarah umat manusia pada umumnya dan sejarah Indonesia serta Jawa Barat pada khususnya. Inilah yang kami maksud sebagai -titik terang- itu.
Terpisahnya pulau Jawa dari Sumatera disebabkan oleh letusan Gunung Kratau yang terjadi pada sekitar 11.600 tahun yang lalu[1]. Hal itu menimbulkan rentetan gempa dan tsunami besar, seratus kali lebih besar dari bencana Aceh tahun 2004. Bencana global itu menyebabkan separuh wilayah Nusantara tenggelam akibat naiknya air laut setinggi 150 meter karena mencairnya es kutub yang menandakan berakhirnya Zaman Es[2].

Mengenang Jasa Ki Hajar Dewantara

Jasa Ki Hajar Dewantara memperkenalkan nama Nusantara sebagai sebuah alternatif untuk menyebut wilayah Hindia Belanda

Banyak yang berpendapat bahwa Nusantara itu berbeda dengan Indonesia. Tapi sebenarnya dua kata itu merujuk pada wilayah yang sama. Nusantara adalah sebuah negeri dimana Indonesia sekarang berdiri. Dan kebudayaan yang ada di Indonesia pun berawal dari kebudayaan yang sudah berkembang sebelumnya di tanah Nusantara. Namun memang terdapat perbedaan pada wilayah cakupan. Wilayah cakupan Nusantara lebih luas dari wilayah cakupan Indonesia. Tapi sejak kapan kata Nusantara menjadi sinonim dari kata Indonesia?
Pada tahun 1920-an, seorang tokoh perjuang kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara memperkenalkan nama Nusantara sebagai sebuah alternatif untuk menyebut wilayah Hindia Belanda dengan alasan bahwa nama ini tidak memiiki unsur bahasa asing seperti pada istilah Indie yang berarti Hindia. Karena menurutnya, Belanda yang menjajah wilayah Nusantara saat itu lebih menyukai unsur nama yang menggunakan bahasa asing (India). Dan masalah nama inipun menimbulkan banyak kerancuan dalam literatur bahasa lainnya.

Gambar Ilustrasi Ki Hajar Dewantara: WIkipedia.Org

Definisi ini jelas berbeda dengan definisi yang di perkenalkan pada abad ke 14. Karena pada saat itu pengusulan nama Nusantara sebagai sebuah nama penyebutan wilayah Hindia Belanda memiliki banyak pesaing. Seperti nama “Indonesie” dan “Insulinde” yang bermakna hindia Kepulauan, yang diperkenalkan oleh Eduard Douwes Dekker.
Ketika akhirnya "Indonesia" ditetapkan sebagai nama kebangsaan bagi negara independen pelanjut Hindia Belanda pada Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta surut penggunaannya. Di Indonesia, ia dipakai sebagai sinonim bagi "Indonesia", baik dalam pengertian antropo-geografik (beberapa iklan menggunakan makna ini) maupun politik (misalnya dalam konsep Wawasan Nusantara).
Konsep wawasan Nusantara adalah sebuah konsep dimana kita mengenal kepulauan Nusantara sebagai dasar dari konsep perjuangan dan mempertahankan Indonesia kelak. Pada konsep wawasan Nusantara ini setiap warga negara diharapkan mengerti dan memahami apa saja yang menjadi bagian dari wilayah Nusantara. Baik itu yang berupa ideologi, kepercayaan, kebudayaan, pola hidup dan lain- lainnya.
Referensi sumber Wikipedia


Sejarah Singkat Ondel- Ondel

Dahulu Ondel- Ondel dikenal dengan sebutan Barongan

Kenal dengan yang namanya Ondel- Ondel? Pesti kenal dong. Ondel- Ondel adalah sebuah kebudayaan asli Nusantara yang kemudian menjadi kebudayaan khas dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tapi dahulu konon, Ondel- Ondel tidak dipergunakan untuk hiburan seperti saat ini. Pada masa yang lalu, Ondel- Ondel digunakan untuk ritual- ritual kepercayaan yang berbau mistis.
Dahulu Ondel- Ondel, dikenal dengan sebutan Barongan. Istilah barongan ini asal katanya adalah dari kalimat ajakan yang dalam bahasa betawi berbunyi “Ngarak bareng nyok..!!”. Dari kalimat ajakan inilah kemudian berkembang menjadi nama sebutan untuk boneka raksasa tersebut menjadi Barongan dan akhirnya menjadi Ondel- Ondel.
Menurut cerita yang berkembang, dahulu banyak terdapat penyakit yang tidak diketahui oleh masyarakat betawi. Penyakit tersebut diyakini karena ulah dari roh jahat yang datang ke kampung. Karena masalah ini, masyarakat kemudian melaksanakan sebuah ritual yang melibatkan sebuah boneka raksasa bertampang menyeramkan yang sedang menghisap ganja. Dan setelah boneka itu di arak keliling kampung oleh masyarakat sekitar, penyaki itu pun kemudian hilang. Dari sinilah kemudian Ondel- Ondel digunakan sebagai boneka penolak bala dan wabah penyakit oleh masyarakat betawi. Karena masyarakat setempat menjadikan Ondel- Ondel sebagai personafikasi dari nenek moyang atau leluhur yang akan melindungi mereka.

foto ondel- ondel jaman dahulu oleh Wikipedia

Proses Perumusan Pancasila

Ini dia satu lagi video rujukan karya anak bangsa yang di upload oleh Nadya Larasati di Youtube. Video ini bikin kita jadi makin Indonesia.
Apresiasi untuk Nadya..



Nasib Bangsa Indonesia Di Tangan Kita Sendiri

Video referensi yang diupload Sweet Luviantodi Youtube ini juga keren banget. Soalnya bikin kita makin Indonesia..
Lanjutkan berkarya Sweet


Kerennya Pribadi Bangsaku

Video referensi  yang diupload oleh Rendrea Almatsier di Youtube ini keren banget an bisa jadi  dasaran kita mengenal Pancasila dan Indonesia
Keren Rendrea..!!!


Intisari Pancasila Adalah Kasih Sayang?

Ada Ajaran Kasih Sayang Dalam Ajaran Pancasila
(Lanjutan Sila Pertama Pancasila Itu Tentang Kebenaran UniversalKemanusiaan Yang Adil Dan Beradab adalah sila kedua dalam Pancasila. Sebuah sila yang menjadi dampak lansung jika sila pertama dapat dijalankan. Sila ini adalah sila yang mengatakan bahwa pola kehidupan yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab hanya bisa di terjadi jika manusia yang ada saling menghargai dan menghormati sesamanya walaupun dengan latar belakang yang berbeda.
Beradab adalah sebuah kata yang memiliki makna teratur. Bahwa manusia yang beradab adalah manusia yang terikat oleh sebuah aturan atau hukum yang mengikat. Sehingga masyarakat tersebut tidak hidup secara liar dan hidup sesuai keinginannya masing- masing. Karena beradab adalah lawan kata dari biadab. Yaitu sebuah pola kehidupan yang tidak memiliki aturan dan tidak terpola.
Ketika manusia sudah terpola kehidupannya atas dasar sebuah aturan yang bersifat kebenaran universal, sebuah kebenaran yang tidak dapat dibantah kebenarannya oleh siapapun dimanapun, barulah manusia tersebut bisa hidup dengan adil satu sama lain. Karena kehidupan yang adil hanya bisa diwujudkan oleh masyarakat yang memiliki sifat saling menghormati dan menghargai.
Adil bukan dalam arti sama rata sama rasa. Karena tidak mungkin jika, misalkan, terdapat sebuah pembagian sembako, keluarga yang hanya terdiri dari pasangan suami istri disamakan bagiannya dengan keluarga yang sudah terdiri dari 5 anggota. Pasti akan ada permasalahan yang kemudian muncul dalam hal ini. Adil adalah proporsional.
Jika dianalogikan dengan timbangan, adil adalah keadaan dimana timbangan tersebut sama- sama terisi, seimbang dan tidak berat sebelah. Tidak peduli apakah satu bagian terdiri dari 2 benda dan bagian lain terdiri dari 5 benda. Jika memang 5 benda tersebut seberat 2 benda, dan timbangan seimbang tidak timpang sebelah itulah baru yang namanya adil. Karena jika adil di pahami dengan sama rata sama rasa, justru timbangan tersebut akan timpang berat sebelah. Karena sama- sama diisi oleh 5 benda dan mengesampingkan berat masing- masing benda tersebut. Inilah yang dinamakan adil, dan jika tidak memiliki rasa saling menghargai dan menghormati diantara sesama, sudah pasti adil seperti ini tidak akan terjadi. Karena ada yang mengatakan, ‘jangan mencubit jika tidak ingin dicubit’. Ini adalah kalimat yang menyatakan bahwa jika tidak ingin diganggu maka jangan mengganggu. Hargailah apa yang dimiliki orang lain karena semua dari kita tahu bahwa diganggu itu sangat menyebalkan.

Sila Pertama Pancasila Itu Tentang Kebenaran Universal

Mengenal Pancasila? Sudah menjadi kewajiban tersendiri bagi warga negara Republik Indonesia untuk dapat mengenal Pancasila dengan baik dan mengaktualisasikannya dengan sempurna dikehidupan sehari-hari. Karena Pancasila memuat dasar- dasar yang harus diketahui dan dipahami oleh setiap warga negara agar kehidupan berbangsa dna bernegara ini terarah sesuai dengan yang telah dicita- citakan para pejuang kemerdekaan beberapa tahun silam.
Berdikarionline.com yang juga pernah memposting tentang Pancasila mengutip, “Dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno mengatakan: “Di pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah.”
Salah satu dasar dari Pancasila dan juga sila yang terutama, menerangkan bahwa bangsa Indonesia hanya memiliki Tuhan yang satu. Ya, itu adalah sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal ini para pejuang kemerdekaan pada masa itu ingin memberitahukan bahwa masalah Ketuhanan inilah salah satu hal yang dapat mempersatukan bangsa Nusantara yang terdiri dari banyak perbedaan dan keyakinan.
Secara kasat mata, sebenarnya pasal ini menerangkan bahwa bangsa Nusantara memiliki banyak kepercayaan yang sudah membudaya dan mengkristal didalam setiap tingkatan masyarakatnya. Dimana kebudayaan dan kepercayaan ini mempengaruhi setiap tingkah laku serta pola hidup masyarakat yang berbeda- beda. Kepercayaan dan keyakinan inilah yang dicoba untuk disatukan untuk menjadi sebuah kekuatan untuk memperjuangkan kemerdekaan dari bangsa asing.
Pemikir awal dari Pancasila, sebelum akhirnya di proklamirkan oleh Ir.Soekarno sebagai dasar negara, memahami bahwa dari banyak perbedaan keyakinan dan kepercayaan terhadap dewa ataupun tuhan, pada dasarnya semua perbedaan itu hanyalah percaya pada satu Tuhan. Perbedaan itu muncul hanya karena penyebutannya saja yang berbeda. Ada satu kepercayaan yang menyebut Allah, Sang Hyang, Brahman, dan banyak lagi. Namun pada essensinya, yang mereka tuju hanya satu. Yaitu Tuhan yang satu.

Pic by.wikipedia

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...