Kebo-Keboan Banyuwangi, Tradisi Saat Manusia Menyatu Dengan Alam

Persiapan untuk melaksanakan ritual adat Kebo-Keboan biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum acara dimulai yang melibatkan seluruh warga desa



Ada banyak cara untuk mensyukuri nikmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diwariskan nenek moyang kepada kita. Terlebih Indonesia adalah sebuah negara dengan banyak suku bangsa yang juga mempengaruhi kekayaaa budaya dan tradisi. Dan salah satu kekayaan budaya yang merupakan wujud dari rasa syukur itu adalah tradisi Kebo- Keboan dari Banyuwangi.
Kebo-Keboan adalah sebuah tradisi yang sudah berlangsung secara turun-temurun sejak jaman nenek moyang. Tradisi ini memiliki maksud sebagai bentuk rasa syukur dari para petani atas hasil tani mereka dan sekaligus juga sebagai pengharapan agar hujan turun secara merata menyuburkan sawah mereka. Namun selain sebagai pengharapan agar hujan turun dengan merata, ritual ini juga dimaksudkan sebagai sebuah pengharapan agar panen selanjutnya dari sawah mereka melimpah dan mereka terhindar dari segala malapetaka. Baik malapetaka yang akan menimpa tanaman mereka atau keluarga mereka.
Kebo- keboan. Sumber: Banyuwangi.merdeka.com
Tradisi Kebo-Keboan di Banyuwangi ini, walaupun namanya Kebo-Keboan, tidak menggunakan hewan kerbau sama sekali. Melainkan tradisi ini diikuti oleh manusia- manusia yang berpenampilan seperti kerbau. Tradisi Kebo-Keboan biasanya dilakukan oleh kaum laki- laki dari masyarakat setempat yang bertubuh kekar. Laki- laki itu kemudian didandani seperti layaknya kerbau dan bertingkah laku seperti kerbau pada umumnya. Biasanya mereka yang ikut dalam tradisi ini tampil dengan menggunakan celana pendek, rambut palsu dan tanduk kerbau, mengalungi lonceng dan tubuh mereka dilumuri oleh arang hitam agar kulit mereka hitam seperti kerbau. Tidak jarang pula peserta yang tampil layaknya kerbau ini tampil tidak terkendali dan bertingkah laku layaknya kerbau dengan bersuara seperti kerbau, memakan rumput dan sering mengejar penonton, berkubang di lumpur sawah sampai membajak sawah.

Menurut catatan sejarah, tradisi Kebo-Keboan berawal pada musim Pegebluk pada jaman dahulu. Pada musim ini banyak hama padi yang menyerang seluruh desa yang mengakibatkan banyak orang sakit dan meninggal. Penduduk desa pun tidak tahu harus bagaimana agar terhindar dan menghentikan wabah penyakit ini. Sampai suatu ketika sesepuh desa tersebut, Mbah Karti, melakukan semacam semadi yang akhirnya mendapatkan petunjuk untuk menghentikan wabah penyakit tersebut. Dari petunjuk tersebut, warga harus melakukan sebuah selamatan dari ritual adat Kebo-Keboan dan akhirnya setelah melakukan ritual tersebut, wabah pun hilang dan warga yang sakit lalu sembuh. Dan sejak saat itulah seluruh warga masyarat, terutama warga desa Alas Malang mengadakan ritual tersebut sampai saat ini. dan biasanya ritual Kebo-Keboan dilaksanakan pada hari minggu pada bulan Assura kalender jawa antara tanggal 1-10.

Kebo-keboan. Sumber: forumriski.blogspot.com
Dalam pelaksanaannya, ritual Kebo-Keboan melibatkan sesepuh dusun, seorang pawing, perangkat dusun, pembawa sesajen, pemain musik hadrah, pemain barongan, kebo-Keboan dan warga yang melakukan pawai Ider Bumi mengelilingi dusun. Biasanya Kebo-Keboan, sebelum acara utama ritual, diarak keliling kampung oleh warga setempat. Pawai biasanya dimulai di Petauan menuju ke bendungan air. Sesampainya di bendungan air, petugas pintu air atau yang biasa dikenal dengan nama Jagatirta akan membuka pintu air agar air mengalir ke sepanjang jalan dusun yang sebelumnya telah ditanamai tanaman palawija.
Persiapan untuk melaksanakan ritual adat Kebo-Keboan biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum acara dimulai yang melibatkan seluruh warga desa. Waktu yang panjang ini biasanya dilakukan warga untuk membesihkan lingkungan area desa agar desa tampak rapi ketika acara adat Kebo-Keboan dilangsungkan. Dan satu hari menjelang acara, ibu- ibu menyiapkan tumpeng dan sesajen yang wajib ada pada acara ritual adat. Biasanya sesajen memuat tumpeng, beras, kinang, air kendi, aneka jenang, ingkung ayam dan juga mempersiapkan berbagai para bungkil, singkal atau pembajak, cangkul, pisang, dan bibit tanaman padi.
Kebo-Keboan menjadi salah satu icon budaya di Banyuwangi. Dan tradisi ini selalu dapat menarik minat para wisatawan baik asing ataupun lokal untuk dapat menyaksikannya. Tapi dilain sisi, tradisi Kebo-Keboan adalah tradisi yang meyakinkan kita bahwa salah satu ajaran nenek moyang yang masih ada sampai sekarang adalah ajaran menyatu dengan alam. Dimana bentuk rasa syukur dan pengharapan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah dengan menyatu dengan alam. Karena ketika menyatu dengan alam, manusiapun akan mengetahui bahwa untuk dapat hidup dengan seimbang, manusia haruslah hidup serasi dengan alam sekitarnya.

Sayanusantara.blogspot.co.id




Referensi:
1. http://www.banyuwangitourism.com/content/kebo-keboan-aliyan-dan-alas-malang
2. http://kahananingbudaya.blogspot.co.id/2015/01/keunikan-tradisi-kebo-keboan.html








No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...