Situs Besemah Sumatra Selatan, Bukti Tanah Nusantara Lebih Dahulu Berbudaya Dibanding Bangsa Lain Di Dunia

Perbedaan jenis serta bentuk artefak Basemah dengan tempat- tempat lain baik di Indonesia ataupun di negara lain menyatakan bahwa telah terjadi perbedaan kebudayaan antara Basemah dengan tempat lain

Indonesia tidak hanya terkenal dengan kebudayaan dan keindahan alamnya. Tapi juga kaya akan sejarah. Banyaknya sejarah- sejarah yang ditemukan di Indonesia membuktikan bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang sangat besar pada masa lalu. Salah satu sejarah yang membuktikan kebesaran bangsa Nusantara itu berada di Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan.
Di kabupaten Lahat terdapat sebuah daerah yang bernama situs Megalit Besemah yang merupakan tempat dengan situs purbakala dari jaman Megalitikum. Situs Megalit di kabupaten lahat bukanlah satu- satunya yang ada di Indonesia. Karena terdapat daerah lain yang juga memiliki situs bersejarah dari zaman megalit. Bahkan ada satu kampung di Nusa Tenggara Barat yang masih mempertahankan adat megalitikum sampai saat ini. Namun walaupun begitu, perbedaan situs megalit Besemah di kabupaten Lahat dari daerah yang lain adalah pada banyaknya situs. Situs Megalit di kabupaten Lahat adalah situs terbanyak yang ada di Indonesia.


Situs Besemah di kabupaten Lahat sudah sangat sering dilakukan penelitian. Pertama kali penelitian diangkat setelah penelitian yang dilakukan oleh L. Ullman pada tahun 1850. Hasil dari penelitian tersebut ditulis olehnya dalam sebuah artikel dengan judul Hindoe balden in binnenlanden van Palembang yang dimuat oleh Indich Archief ditahun yang sama. Dari tulisan L.Ullman tersebut, H.Loffs menyimpulakan bahwa peninggalan dari jaman Megalit tersebut merupakan peninggalan dari masa Hindu.
Penelitian yang dilakukan oleh L.Ullman kemudian dilanjutkan oleh banyak peneliti lainnya. Seperti oleh Tombrink padah tahun 1870, Engelhard pada tahun 1891, Krom tahun 1918, Westernenk tahun 1922, Hoven tahun 1927, Van Eerde tahun 1929, dan Van Der Loop pada tahun 1932. Namun penelitian yang dilakukan oleh Van Eerde menyimpulkan hal yang berbeda dengan yang telah di sampaikan oleh L.Ullman. Menurutnya, situs situs Besemah bukanlah berasal dari masa Hindu, melainkan termasuk dalam jangkauan masa prasejarah. Penelitian yang dilakukan oleh Van Eerde pun disetujui oleh Van Der Loop yang juga menyimpulkan bahwa situs Besemah adalah situs yang lebih tua dari zaman Hindu.
Situs Besemah. Sumber: Pagaralamkite.blogspot.com
Penelitian situs Besemah tidak hanya dilakukan oleh orang asing yang tertarik dengan situs ini, melainkan juga dilakukan oleh peneliti dari dalam negeri. Seperti misalnya yang dilakukan oleh  R.P. Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, Bagyo Prasetyo yang merupakan peneliti dari pusat penelitian Askeologi Nasional. Namun tidak berarti sampai mereka saja penelitian dilakukan, karena sampai dengan saat ini penelitian masih terus dilakukan secara intentsif dari Balai Arkeologi Palembang.
Selain perbedaan dari banyaknya jumlah, artefak- artefak yang diteliti oleh para peneliti juga menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan lainnya. Salah satu perbedaan yang ditemukan adalah pada artefak sezaman yang ada di Jawa tidak ditemukan patung- patung yang seutuh atau selengkap yang ada di Basemah. Karena artefak- artefak yang biasa ditemukan di Jawa kebanyakan berupa Dolmen atau batu besar penutup kubur, Menhir atau monumen- monumen, dan juga lumping batu. Bahkan pada kampung megalit yang ada di Nusa Tenggara Barat pun tidak ditemukan patung- patung yang selengkap dan sedinamis yang ada di Basemah kabupaten Lahat, Sumatra Selatan. Karena pada waktu yang bersamaan, menurut para peneliti, patung- patung megalit hanya dibisa ditemukan di di Basemah. Bahkan di negera- negara yang lain, diwaktu yang sezaman pula di Eropa dan sebagian besar Asia serta Amerika dan Afrika, hanya ditemukan patung- patung yang berbentuk totem dan artefak megalitik yang bersifat statis atau kaku.


Perbedaan jenis serta bentuk artefak Basemah dengan tempat- tempat lain baik di Indonesia ataupun di negara lain menyatakan bahwa telah terjadi perbedaan kebudayaan antara Basemah dengan tempat lain. Seperti misalnya artefak berbentuk manusia yang ada di Tinggi Hari, Tanjung Telang, Tegur Wangi, Belumai dan Geramat yang telah memakai atribut- atribut seperti pakaian, hiasan kepala, kalung dan gelang kaki. Hal ini menunjukan bahwa Basemah telah mengalami perkembangan kemajuan budaya dibanding tempat lainnya yang sezaman. Namun selain bentuk artefak manusia yang sudah mengenakan assesoris, juga telah ditemukan artefak- artefak manusia yang menunggang kerbau pada situs Belumai, manusia yang menunggang rusa pada situs Geramat, manusia menggending gajah pada situs Tanjung Telang dan juga manusia yang dililit ulat pada situs Tanjung Aro. Artefak pada situs- situs tersebut menunjukan bahwa kemajuan budaya juga mempengaruhi interaksi manusia dengan binatang.
Artefak- artefak di Basemah yang merupakan salah satu tanda bahwa situs megalit di Basemah merupakan budaya yang sangat Sophiscated karena tampilan pahatan yang sangat maju. Dan banyaknya alat- alat yang digambarkan yang terbuat dari perunggu memberikan tanda lain bahwa budaya megalit di Basemah adalah budaya yang telah berkembang dalam arus globalisasi budaya yang sangat pesat. Karena alat- alat perunggu yang dipahat adalah Nekara yang merupakan budaya Dongson dari Vietnam. Budi Wiyana yang merupakan salah satu peneliti dari Balai Arkeologi Palembang  juga telah menemukan banyak peninggalan yang memiliki banyak variasi yang terdiri dari 19 situs megalitik. Baik yang tersebar secara berkelompok ataupun yang sendiri pada tahun 1996.
Dan selain kebudayaan yang berupa patung dan pahatan dari bahan perunggu kemajuan budaya juga dapat dilihat dari kemampuan suku Pasemah yang merupakan suku manusia perba di Sumatra dalam mengatur batu- batu dengan ukuran yang besar, misalnya pada pembuatan kubur batu. Namun tidak hanya dalam pembuatan kubur batu, karena penguasaan teknologi juga terlihat dari adanya lukisan dinding dalam kubur batu tersebut. walaupun sebagian besar lukisan telah hilang namun jejak dari pengusaan teknologi tersebut masih dapat ditemukan dengan jelas di situs Tanjung Aro dan situs Gunung Megang (Jarai).
Situs Besemah. Sumber: Mongabay.co.id
Magister Seni Rupa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, A. Erwan Suryanegara (2004) dalam tesis berjudul “Artefak Purba dari Basemah, Analisa Ungkap Rupa Patung Megalitik di Basemah" mengemukakan, "Dari hasil penelitian ini diketahui, manusia pendukung budaya megalitik di Basemah cenderung sudah mengenal dan bahkan sudah memanfaatkan alat kerja dari bahan logam (perunggu). Mereka sudah memiliki kemampuan yang baik dalam memahat patung dari batu besar jenis batuan andesit, dengan sudut yang tajam juga runcing. Patung megalitik Basemah secara perupaan wujud fisiknya tampak bersifat dinamis-piktorial dengan gaya ekspresi yang cenderung realistik, tidak mengenal adanya pengulangan bentuk yang sama atau disebut sebagai “tunggal-jamak”, memiliki sikap tubuh yang cenderung condong ke depan, kepala atau wajah sedikit menengadah, dan kaki selalu ditekuk atau dilipat. Sosok objek yang divisualkan cenderung jamak berupa manusia ras austronesoid dan binatang, serta dilengkapi pula dengan simbol maupun atribut. Berdasarkan ungkap rupa simboliknya diketahui, bahwa patung tersebut adalah representasi dari arwah nenek moyang sesuai kosmologi masyarakat Basemah di kala itu, dan sebagai bagian tidak terpisahkan dari upacara maupun ritual mistis dalam rangka pemujaan terhadap arwah leluhur. Ciri khas patung megalitik Basemah adalah pada gaya perupaannya yang bersifat dinamis-piktorial dan cenderung realistik, merupakan karya patung megalitik terbaik di zamannya khususnya yang berada di wilayah Basemah, karena telah memvisualkan seluruh anggota badan (kepala, badan, kaki, dan tangan) dari sosok objeknya secara lengkap, baik berupa manusia dengan tipe ras austronesoid maupun binatang. Patung-patung megalitik Basemah juga merepresentasikan suatu masyarakat yang berbudaya mistis – agraris dengan pola peladang, dan berjiwa patriotik."
Dari banyaknya peninggalan megalit yang ada Besemah di kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, adalah bukti yang menguatkan bahwa bangsa Nusantara adalah bangsa yang sangat besar pada masanya. Bahkan dari banyaknya peninggalan megalit di tanah Besemah ini adalah suatu petunjuk bahwa kawasan ini sudah dihuni manusia setidaknya sejak 2000 sampai 4000 tahun sebelum masehi. Dimana pada masa- masa itu suku Besemah sudah mengenal pahatan dengan detail yang halus yang menunjukan bahwa pada masa itu suku Besemah sudah mengenal Logam. Jadi sangat wajar jika pada masa yang lalu negeri Nusantara adalah negeri yang sangat maju dan sangat dihormati oleh dunia karena memiliki kebudayaan yang sangat maju pada saat negeri lain semasanya belum mengenal kemajuan budaya. Dan sangat tidak wajar jika sebagai generasi penerus hal ini tidak menginspirasi

kita untuk lebih mencintai tanah Nusantara ini atau bahkan cuek oleh warisan nenek moyang yang sangat kaya dan tidak ternilai ini sehingga sama sekali tidak mempengauhi sedikitpun perilaku kita dalam menjaga dan mempertahankan tanah Nusantara ini.

Sayanusantara


Referensi
1.https://id.wikipedia.org/wiki/Megalit_Basemah
2.http://jemepadangguci.blogspot.co.id/2015/06/situs-peninggalan-megalitikum-tanah.html


No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...