Sosok Inilah yang Menjadikan Pasukan Belanda Kocar Kacir Di Pedalaman Kalimantan Pada Masa Pra Kemerdekaan RI

Dibalik keseyapan yang dimiliki Pasukan Hantu, sumpit yang diggunakan sebagai senjata ternyata lebih mematikan dari pada senjata modern Belanda pada saat itu

Pengaruh Belanda pada masa pra kemerdekaan sangatlah besar bagi tanah Nusantara. Selama 350 tahun bangsa Nusantara dijajah untuk mengeksplorasi hasil buminya sendiri demi kepuasan kolonial. Banyak gerakan- gerakan perlawanan untuk menghentikan penjajahan dibentuk oleh bangsa Nusantara walaupun banyak pula gerakan- gerakan tersebut berhasil diredam. Namun walaupun begitu, dari banyaknya daerah yang menjadi kekuasaan dari penjajah, terdapat satu daerah yang tidak berhasil dikuasai oleh Belanda. Daerah itu adalah pedalaman Kalimantan.
Pulau Kalimantan atau Borneo sangat terkenal dengan suku Dayak yang merupakan suku asli pulau tersebut. Suku tersebutlah yang melakukan banyak perlawanan terhadap Belanda yang mengakibatkan Belanda tidak berhasil memasuki daerah pedalaman.  Itulah kenapa pengaruh Belanda dalam sejarah kontemporer hanya berhasil menduduki daerah perkotaan- perkotaan besar saja.

Daerah pedalaman menjadi tempat yang cukup mengerikan bagi Belanda untuk dimasuki. Selain karena banyaknya hewan- hewan liar dan hutannya yang lebat, Pasukan Hantu adalah pasukan yang dapat menggentarkan nyali Belanda untuk masuk semakin jauh ke Pedalaman. Pasukan Hantu tersebut adalah pasukan- pasukan yang dibentuk oleh suku Dayak yang berada di pedalaman hutan.
Suku Dayak pada masa itu adalah suku yang mendiami pedalaman hutan Kalimantan. Dan hutan dijadikan sebagai sarana mereka berperang melawan pasukan Belanda yang mencoba memasuki pedalaman. Dengan bersembunyi di batang- batang pohon atau celah- celah hutan lainnya pasukan Dayak tidak dapat terbaca gerakannya oleh pasukan Belanda karena gerakan mereka senyap dan hening sehingga sangat sulit untuk terdeteksi. Itulah kenapa pasukan dayak ini dikenal dengan pasukan hantu.
Pasukan Hantu yang ada pedalaman Kalimantan ini adalah pasukan- pasukan terbaik yang ada di suku Dayak. Dan karena berada di pedalaman hutan, bahan- bahan yang digunakan untuk melawan pun berasal dari alam. Seperti alat utama yang mereka gunakan untuk berperang yang berupa sebuah sumpit yang digunakan dengan cara ditiup. Sumpit yang ditiup tersebut mengeluarkan peluru yang berbentuk anak sumpit yang telah terlumuri racun yang disebut dengan nama Damek.
ilustrasi Pasukan Hantu. Sumber: Citizen6.liputan6.com
Racun yang digunakan pada sumpit tiup adalah racun yang diambil dari getah pohon Iren atau pohon Ipuh. Dan racun ini adalah racun yang sangat ampuh untuk melumpuhkan korban yang terkena. Karena hanya dibutuhkan waktu kurang dari lima menit korban yang terkena anak sumpit pada daerah yang vital akan mengalami kejang- kejang hingga tersungkur dan tewas. Dan beberapa detik kemudian air seni dan kotoran dari korban akan keluar dari tubuh korban dan nyawanya tidak akan lagi dapat diselamatkan. Namun jika anak sumpit tersebut tidak mengenai daerah vital dari korban, anak sumpit tersebut hanya perlu dikeluarkan dari tubuhnya yang terkena dan menjalani waktu dalam waktu singkat untuk kemudian dapat berperang kembali.
Namun penggunaan Damek tidak hanya digunakan untuk berperang melawan musuh. Karena senjata ini juga sering digunakan untuk berburu hewan buruan. Teknis yang dilakukanpun sama dengan ketika menembakkan anak sumpit ke korban manusia. Hanya perlu menargetkan agar anak sumpit tersebut mengenai daerah vital dari hewan buruan yang diincar. Dampaknya sama dengan ketika anak sumpit ini mengenai korban manusia, hanya saja hewan buruan yang lebih kecil lebih cepat efeknya berdampak. Dan uniknya, hewan yang terkena racun dari Damek ini masih dapat dikonsumsi dengan aman. Tapi biasanya daerah yang terkena anak sumpit tersebut akan dibuang karena rasanya menjadi pahit.

Senjata sumpit yang digunakan oleh Pasukan Hantu dalam rangka mempertahankan bumi Kalimantan dari Kolonial, merupakan senjata yang sangat ditakuti oleh Belanda. Walaupun tentara Belanda sudah menggunakan senjata modern, tetap saja sumpit menjadi senjata yang mengerikan. Karena sumpit adalah senjata yang lebih mematikan dari pada senjata karena bergerak tanpa suara dan senyap. Berbeda dengan senjata modern yang gunakan oleh Belanda pada saat itu yang selalu mengeluarkan suara seperti pada saat menembakan amunisi.
Dibalik keseyapan yang dimiliki, sumpit juga ternyata lebih mematikan dari pada senjata modern Belanda pada saat itu. Karena jika seseorang terkena anak sumpit yang sudah terlumuri racun, sudah pasti korban akan langsung tewas. Hal ini berbeda dengan ketika seseorang terkena senjata yang dibawa Belanda pada saat itu yang masih memiliki peluang untuk hidup. Karena peluru dari senjata tersebut tidak beracun dan hanya cukup dikeluarkan dari tubuh orang yang terkena peluru, mendapatkan perawatan dan dapat kembali beraktifitas seperti biasanya dalam waktu beberapa hari. Inilah kenapa Pasukan Hantu seakan- akan tidak bisa ditumpas habis oleh pasukan Belanda di bumi Kalimantan.
Selain dari keefektifan sumpit sebagai sebuah senjata dalam berperang ataupun berburu, sumpit bagi masyarkat Dayak adalah sebuah senjata yang sangat berharga nilainya. Karena dalam sebuah senjata sumpit, terdapat empat nilai luhur. Yaitu Perjuangan Dalam Bertahan Hidup atau Survival Struggling, Pemahaman Terhadap Kehidupan atau Understanding for Natural Life, Keterampilan atau Skill, dan Sakral atau Sacred Values.
Nilai luhur Perjuangan Dalam Bertahan Hidup atau Survival Struggling adalah sejenis tuntutan untuk bertahan hidup. Suku Dayak yang merupakan suku yang hidup didalam pedalaman hutan yang dipenuhi oleh binatang liar seakan menekan kehidupan suku Dayak untuk dapat bertahan hidup. Untuk itulah mereka menciptakan sebuah senjata yang dapat melumpuhkan binatang liar dalam sekejap. Konon, sebuah anak sumpit dapat melesat sejauh 200 meter ketika ditiup. Untuk itulah sumpit menjadi senjata yang ampuh untuk berburu.

Sumpit juga memiliki nilai Pemahaman Terhadap Kehidupan atau Understanding for Natural Life, yang berarti suku Dayak dalam menggunakan sebuah sumpit juga dituntut untuk mempelajari alam sekitarnya. Seperti misalnya mereka diharuskan untuk mengenal jenis- jenis tanaman atau hewan di hutan yang memiliki racun yang mematikan serta mana jenis tumbuhan atau hewan yang dapat dijadikan penawar racunnya. Dan selain mengenal jenis dan fungsi flora dan fauna yang ada di hutan, suku Dayak juga diharuskan untuk mengerti arah pergerakan angin. Karena angin memiliki pengaruh yang sangat besar bagi senjata sumpit. Angin dapat membantu laju mata sumpit menjadi lebih cepat dan mematikan dan dapat menahan laju mata sumpit. Untuk itu sebelum sumpit digunakan, suku Dayak diharuskan mengerti arah angin terlebih dahulu.
Keterampilan atau Skill yang ada menjadi salah satu nilai luhur dalam sumpit adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sumpit. Seperti misalnya kemampuan dalam olah nafas karena olah nafas adalah kemampuan utama dalam penggunaan sumpit. Semakin sering latihan dalam mengolah nafas, semakin jauh pula anak sumpit dapat melesat menuju target sasaran. Namun tidak hanya keterampilan dalam olah nafas, keterampilan dalam pembuatan sumpit juga adalah sesuatu yang sangat penting. Karena diperlukan keterampilan khusus dalam membuat sumpit agar lubang yang dibuat lurus dan tidak miring kesamping. Semakin sering berlatih dalam melatih olah nafas dan membuat sumpit, semakin ahli pula seseorang dalam penggunaan sumpit.
Nilai sakral atau Sacred Values dalam senjata sumpit karena sumpit adalah benda yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat suku Dayak. Karena itulah sumpit memiliki nilai sakral tersendiri. Dari yang awalnya merupakan alat untuk berburu dan berperang, lambat laun sumpit menjadi benda sakral yang sering digunakan dalam upacara adat suku Dayak. Dan walaupun masih digunakan sebagai alat untuk berburu, pemburu yang menggunakan sumpit pun diatur tata cara berburunya melalui sebuah aturan adat yang tidak tertulis guna menjaga keseimbangan alam yang ada di hutan. Bahkan waktu serta jenis hewan yang diburupun diatur dalam ketentuan adat tersebut sehingga pemburu tidak bisa sesuka hatinya berburu.
Pasukan Hantu adalah sosok manusia yang bersahabat dengan alam karena menggantungkan hidupnya dengan alam. Tapi tidak hanya mereka yang menggantungkan hidupnya kepada alam, karena alam juga terjaga kelangsungan hidupnya oleh mereka. Pasukan Hantu membuktikan bahwa alam menyediakan segala yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Baik dalam hal kebutuhan pokok sampai dengan kebutuhan militer. Dan dari Pasukan Hantu kita dapat membuktikan bahwa alam adalah ibu yang harus kita jaga dan hormati keberadaannya. Karena dari alam lah manusia dilahirkan dan dapat tumbuh berkembang sampai dengan usia dewasa dan akhir usia.
Suku Dayak di Kalimantan adalah salah satu contoh dari suku yang mengajarkan dan mewariskan kepada generasi muda untuk menghormati kehadiran alam, terlebih alam negeri Nusantara yang sangat kaya dan berlimpah ini. Dan sangat disayangkan jika sebagai generasi muda kita tidak mengerti hal itu dan justeru merusak keseimbangan alam yang sudah melahirkan dan mengasuh kita sampai dengan hari ini. Sangat disayangkan jika sebagai generasi muda kita justeru tidak mengerti norma- norma yang telah diperjuangkan para leluhur dalam menjaga alam karunia Tuhan Yang Maha Esa dengan merusak dan mengksplorasinya secara berlebihan. Pasukan Hantu dari Kalimantan adalah bagian dari warisan nenek moyang Nusantara.

Sayanusantara.blogspot.co.id


  Referensi
1.https://www.facebook.com/permalink.php?id=358471770918874&story_fbid=525352557564127

2.http://www.inddit.com/f-644x26/pasukan-hantu-kalimantan-prajurit-suku-dayak-yang-ditakuti-oleh-kolonial-belanda

No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...