Mencermati Ajaran Leluhur Nusantara 2

Kehadiran sang Pencipta pada alam semesta menjadikan kemanapun manusia menghadap pasti dia akan bertemu dengan wajah dari sang Pencipta alam semesta itu sendiri


Semesta adalah kumpulan dari banyaknya misteri sebagai elemen utama dalam pembentukannya. Selalu tidak pernah sama banyaknya jumlah misteri yang berhasil dipecahkan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Karena sesungguhnya alam semesta bukanlah apa yang ada diluar sana, melainkan apa yang bisa kita cium atau yang bisa kita lihat. Pikiran kita itulah semesta.
Semesta adalah sesuatu hal yang memiliki arti dan fungsi akan keberadaannya. Berada didalam satu sistem yang mengatur segala keseimbangan. Namun bagi orang yang tidak mengerti apa itu semesta, apapun yang dia lihat atau dengar atau rasakan atau alami semasa hidupnya didunia ini, semesta adalah kekosongan. Tidak memiliki arti sama sekali.
Semesta adalah kehidupan dan hanya hidup pada setiap orang yang mengerti akan kehadirannya. Bagi mereka yang mengerti, apapun yang dia alami semasa hidupnya selalu memiliki arti. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan karena segalanya saling berkaitan. Itulah kenapa bagi mereka yang mengerti, semesta adalah segalanya. Karena dia penuh dengan segala hal.
Semesta adalah sesuatu yang diketahui oleh seorang menusia. Semakin dia tahu segala hal maka akan semakin luas pula semesta ini. Tetapi semakin sedikit yang diketahui maka seseorang pun tidak akan mendapatkan pembuktian bahwa semesta itu luas sampai dia menambah pengetahuannya itu. Bagi mereka yang berfikir, semesta adalah kumpulan dari gambaran sang Pencipta. Karena dia meyakini bahwa sang Pencipta selalu ada disetiap diri ciptaan-Nya.
Sama halnya dengan semisal sebuah brand sepatu olahraga yang terkenal. Pencipta dari brand sepatu tersebut menandai sepatu yang berhasil dibuatnya dengan tanda ‘cheklis’ sebagai gambaran akan dirinya. Sehingga akhirnya sekarang setiap orang yang memakai sepatu dengan tanda ‘cheklis’ itu pasti akan mengingat gambaran dari pencipta brand tersebut. Tanda ‘cheklist’ tersebut secara tidak langsung menjadi gambaran dari pembuatnya.
Kehadiran sang Pencipta pada alam semesta menjadikan kemanapun manusia menghadap pasti dia akan bertemu dengan wajah dari sang Pencipta alam semesta itu sendiri. Hal ini terjadi karena manusia merupakan bagian dari alam semesta itu juga. Wajah adalah gambaran dari sang pemilik wajah tersebut. Sehingga kemanapun manusia menghadapkan wajahnya, dia akan menemukan gambaran sang Pencipta alam semesta itu berada di setiap benda yang ada di alam semesta. Batu itu kuat dan itulah gambaran dari sang Pencipta; kuat. Air itu sumber kehidupan dan itulah gambaran dari sang Pencipta; sumber kehidupan. Langit itu tinggi dan itulah gambaran dari sang Pencipta; bahwa Dia maha tinggi.
Kepulauan Nusantara. Gambar: sewarga.com
Parcaya atau tidak ternyata konsep ini pernah diyakini oleh leluhur bangsa Nusantara. Seperti yang pernah dijelaskan dalam sejarah kontemporer yang banyak menyatakan bahwa leluhur bangsa Nusantara adalah penyembah alam. Atheis kah mereka?
Banyak sumber yang menyatakan bahwa leluhur bangsa Nusantara memiliki keyakinan untuk menyembah gunung, pohon besar, atau hal semacamnya. Hal itupun semakin terbukti dengan ditemukannya peninggalan- peninggalan mereka yang memperkuat pernyataan diatas. Apa benar mereka tidak mengetahui keberadaan sang Pencipta? Bagi mereka yang yang tidak memiliki pemahaman atau pengetahuan yang terbatas, mungkin itu benar. Tapi bagi mereka yang mencoba memahami hal tersebut, mungkin hal itu akan menjadi tidak benar.
Jika diperhatikan, dari banyaknya benda- benda yang menjadi tempat pemujaan leluhur, terdapat beberapa persamaan. Seperti besar dan tua. Tua disini adalah gambaran dari kuat. Karena jika benda yang tua dan sampai kini masih ada, itu menandakan bahwa benda itu adalah benda yang kuat. Itulah kenapa leluhur bangsa Nusantara menyembah alam semesta seperti bulan, matahari, gunung, atau semacamnya. Dan jika memang seperti itu, ini menandakan bahwa leluhur kita sudah memiliki pemikiran yang logis karena sudah mampu membandingakan satu benda dengan benda yang lainnya. mereka tidak seprimitif yang pernah kita pikirkan.
Pernah menonton film The Minions? Mungkin kurang lebih dapat dikatakan seperti itu karena mereka mencari sosok yang kuat dan tidak terkalahkan yang dapat menjadi penutan serta melindungi mereka. Dan leluhur kita menemukan sosok itu ada didalam bentuk benda yang ada di alam semesta semisal gunung, bulan, matahari atau semacamnya tadi. Mereka meyakini bahwa benda- benda itu adalah sosok yang sangat kuat yang dapat melindungi mereka. Misalnya gunung. Karena bentuknya yang besar, menjadikan mereka selalu dapat melihat gunung dimanapun mereka berada. Mereka merasa diawasi. Begitu juga dengan mereka yang menyembah matahari atau bulan. Tetapi sebenarnya mereka tidaknya menyembah itu semua dalam arti menjadikan benda- benda tersebut sebagai Tuhan. Seperti tuhan gunung, tuhan matahari atau tuhan bulan. Mereka hanya menjadikan benda- benda alam itu sebagai simbol dari Tuhan.
Sedangkan ritual- ritual yang dilakukan oleh mereka adalah sebagai sarana pengingat bahwa mereka memiliki Pencipta dan sarana untuk dekat dengan-Nya. Dan karena mereka meyakini benda- benda tersebut dapat melindungi mereka, merekapun kemudian melakukan sejenis ‘syukuran’ atas kebaikan sang Pencipta kepada mereka. Dan jika terjadi sebuah bencana, sudah pasti mereka akan mulai mengira- ngira bahwa bencana itu merupakan sebuah bentuk dari sang Pencipta yang sedang marah kepada mereka karena ada yang salah dengan aktifitas mereka. Artinya, secara tidak langsung dengan adanya simbol- simbol dari sang Pencipta ini menjadikan leluhur kita menjadi sosok yang rendah diri karena mereka meyakini bahwa terdapat kekuatan besar yang sedang mengawasi mereka.
Apa yang dilakukan oleh leluhur kita ini berlangsung sampai bergenerasi selanjutnya. Hingga akhirnya apa yang mereka ajarkan dijadikan sebuah pakem atau aturan adat yang mengikat oleh generasi penerus mereka. Oleh karena itu banyak di desa- desa adat, peninggalan leluhur mereka ditemukan dalam keadaan terawat dengan baik. Fungsinya adalah untuk mengingatkan mereka kepada ajaran nenek moyang mereka. Begitulah seterusnya, setidaknya sampai aliran kepercayaan mainstream menyentuh mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh aliran kepercayaan mainstream sangat kuat terasa pada jalannya perkembangan kehidupan leluhur kita. Karena aliran- aliran itulah yang mengenalkan kepada mereka tentang sosok dari sang Pencipta itu. Mereka menjelaskan bahwa bahwa gunung, batu, bulan, matahari, atau apapun yang disembah oleh leluhur adalah sebuah ciptaan dari Tuhan. Dan aliran- aliran itulah yang mengenalkan bahwa Tuhan dikenal dengan banyak nama. Namun walaupun dikenal dengan banyak nama, Tuhan itu tetaplah satu dan Dia ada dimana- mana. Dari pemahaman inilah kemudian kegiatan penyembahan gunung, bulan, atau benda- benda alam lainnya mulai ditinggalkan. Dan mungkin berawal dari sanalah kemudian mereka yang masih memegang erat tradisi leluhur dianggap tidak mengenal Tuhan.
Jadi yang terjadi sebenarnya adalah kesalahpahaman. Ada hal yang tidak diketahui satu pihak dari pihak lainnya. Padahal, semuanya adalah satu pokok yang sama. Karena pada essensinya semua aliran kepercayaan, apapun itu atau dari manapun asalnya, pastilah mengajarkan tentang kebaikan dalam berhubungan. Baik hubungan antara manusia dengan Penciptanya atau hubungan manusia dengan manusia lain dan alam sekitarnya.
Berhenti bersifat fanatik terhadap satu aliran kepercayaan dengan mendeskriditkan aliran lainnya. Karena itu sudah pasti bertolak belakang dengan fungsi agama itu sendiri. Karena agama adalah ajaran tentang keteraturan dan keseimbangan. Sesuai dengan filosofinya, a; tidak, gama; kacau. Jadi orang yang beragama adalah orang yang kehidupannya teratur dan tidak membuat kekacauan atau kerusakan.
Hargailah orang lain yang berbeda paham dengan kita. Indonesia bersatu karena adanya perbedaan. Behenti mengatakan mereka salah dan kita benar jika perkataan itu selalu berakhir kepada perpecahan. Jangan biarkan Indonesia hancur dari dalam karena adanya perbedaan. Ini Nusantara Kita.

mencermati ajaran leluhur bagian 1. Klik disini


Sayanusantara

No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...